Skip to main content

Featured

Scan Mata Uang Indonesia

  Tutorial Bagaimana caranya menggunakan library tensorflow pada android studio # skripsi-sample Deteksi mata uang asli dan palsu menggunakan Tensorflow # Proses Pre-Processing pada gambar Resize gambar index_resize.py from PIL import Image import os import argparse def rescale_images ( directory , size ): for img in os . listdir ( directory ): im = Image . open ( directory + img ) im_resized = im . resize ( size , Image . ANTIALIAS ) im_resized . save ( directory + img ) if __name__ == '__main__' : parser = argparse . ArgumentParser ( description = "Rescale images" ) parser . add_argument ( '-d' , '--directory' , type = str , required = True ,    help = 'Directory containing the images' ) parser . add_argument ( '-s' , '--size' , type = int , nargs = 2 , required =      True , metavar = ( 'width' , 'height' ), help = 'Image size' ) args = ...

Pantai Tanjung Pendam

 

Dari sekian banyak pantai yang mengelilingi pulau Belitung, ada sebuah pantai yang letaknya dekat sekali bahkan lebih dekat dari jodoh saya nanti. Iya, pantai tanjung pendam, pantai terdekat dari kota tanjung pandan.

   Dalam sebuah sesi surfing saya di google, saya menemukan article tentang pantai ini berjudul “pantai tanjung pendam: perawan yang belum terjamah” tapi, justru saya punya pendapat berbeda, saya sendiri merasa tanjung pendam lebih seperti pelacur yang di pakai oleh setiap kalangan. 
   
   Kedekatannya pada kota tanjung pandan membuat tempat ini jadi tempat utama yang di kunjungi ketika sepi mulai menyerang. Yah terutama saat mengingat status ‘taken’ yang tak kunjung datang.
Tanjung pendam adalah sebuah pelarian, saat kita tak bisa kemana-mana, mirip seperti balkon di depan kamar Juliette yang di pakainya duduk termenung saat tidak bisa menemui romeo. Tanjung pendam menyediakan segalanya, pendopo,warkop, pantai, sunset,laut,jossu, dan tentu saja. Orang pacaran.

   Di tanjung pendam sendiri ada sebuah jalan yang berbentuk melingkar, cocok sekali untuk mereka yang sedang galau dan Cuma mau naik motor, sekencang-kencangnya. Sambil menangis. Setiap orang, bahkan memilih warkop yang akan mereka datangi dengan cara berputar-putar di jalan ini, sampai mereka menemukan warkop yang mereka rasa ‘nyaman’. 

   Saya pernah membawa seorang teman dari Jakarta berputar-putar di tanjung pendam, sama seperti kebanyakan remaja Belitung lakukan. Ia bertanya tentang kebiasaan aneh ini, lalu berkomentar “semacam latian untuk naik haji…kita seperti sedang tawaf mengelilingi ka’bah ya..??” belum sempat saya meng’iya’kan komentar itu, dia sudah mendahului dengan berteriak “Labaikallah humma labaik…!!!”

   Saat hari mulai sore dan cahaya matahari mulai berubah menjadi jingga, saya sarankan kalian untuk keluar dari TP-akronim dari tanjung pendam- cobalah untuk memilih kursi,lalu duduk di ‘gorong-gorong’. Sebuah warung yang berada di depan pintu keluar TP. Pesan secangkir kopi, lalu saksikan ‘twilight’ yang mulai membanjiri mata anda. Saat matahari mulai ingin tenggelam, masuk lagi ke TP, dan saksikan sendiri matahari tenggelam. Saksikan cahaya redup yang mungkin akan kalian ingat seumur hidup kalian, saksikanlah bagaimana matahari tenggelam, bagaimana jadinya kalau kalian tidak bisa berenang. Kalian akan tenggelam seperti matahari.


   Mungkin TP memang terlalu dekat hingga bisa di kunjungi kapan saja, tidak seperti lengkuas, repitisi kita datang ke pantai ini bisa lebih sering, bisa kapan saja. Tapi Yah, TP itu tidak seperti pelacur di lantai 7 Alexis yang hanya bisa kalian nikmati sekali-sekali, TP lebih mirip pelacur Kalijodo yang bisa kalian hampiri kapanpun. “Karena yang special, selalu kalah dengan yang selalu ada” – legend of Indomie goreng-



Comments

Popular Posts